Ada dua geng anak-anak yang biasa bermain di sekitar rumah. Kalau sedang jamnya bermain, tawa mereka begitu lepas. Berkumpul dan bercanda. Meski kadang sering membuah suara gaduh, bagi saya tidaklah masalah. Masa bermain anak-anak biarlah mereka nikmati. Maka, jadilah halaman rumah saya tempat bermain anak-anak kompleks. Geng anak yang belum sekolah biasanya ngumpul pagi-pagi. Dan geng yang sudah sekolah nge-geng nya sore hari. Kedua geng ini tak pernah keliatan bermain bersama. Tapi kadar gaduhnya sama saja.

Akhir-akhir ini, konten kegaduhan kedua kelompok itu mulai seragam. Sambil bermain mereka nyanyi teriak-teriak.

Hayang kawin win..win..win…, hayang kawin…” (mau kawin win…win…win…, mau kawin..). Bait lanjutannya saya tidak begitu menyimak.

Saya penasaran, ada apa gerangan kok anak-anak itu serentak semuanya pada minta kawin?. Hipotesis saya, mereka mungkin punya sebuah permainan baru. Tapi judulnya kok minta kawin ya…? Ini menambah rasa penasaran yang begitu mendalam.

Selang beberapa hari setelah lagu hayang kawin itu pertama kali diteriakkan anak-anak, maka kini saya juga mendengar tetangga sebelah teriak-teriak nyanyi hayang kawin.. Wah, ini lantas menjadi diskusi hangat antara saya dan istri. Whats going on..? semua orang mendadak pengen kawin. Anak-anak kecil pada minta kawin, sekarang ibu-ibu juga minta kawin. Jangan-jangan ini merupakan tanda-tanda akhir jaman.

Belakangan, saya baru tau. Nonton di televisi lokal Bandung. Ada video klip lagu sunda yang judulnya hayang kawin. Oh.., ternyata inilah sumber inspirasi orang-orang sekompleks pada minta kawin. Video klip ini juga lantas mementahkan hipotesis semula.

Semoga ini hanya sebatas lagu yang sedang gandrung saja. Tak menjadi inspirasi substansif yang membuat orang kebelet kawin. Kasihan anak-anak itu, belum paham konsep kawin. Ibu-ibu juga, bakal banyak rumah tangga yang hancur karena ibu-ibunya mendadak ingin kawin lagi. Buat pencipta, penyanyi dan produser hayang kawin, selamat deh…

BAGIKAN
Tulisan sebelumnyaKeranjingan Baca
Tulisan berikutnyaBiasnya Anti Terorisme

5 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke sandra Batal balasan