Sesuatu baru terasa amat berharga ketika kita dalam kondisi kehilangan. Sakit mata misalnya. Saat mata sehat dan ia selalu mau diajak kompromi melihat yang kita mau, entah mengapa sulit mengucap syukur atas perannya. Begitu sang mata ngambek, barulah sadar betapa ia telah berjasa banyak.

Selain pada kasus sakit, seluruh jenis kehilangan membuat kita sadar apa yang selama ini biasa saja tiba-tiba begitu berarti. Tapi sayangnya kesadaran itu muncul justru saat kita kehilangannya. Kehilangan harta, pekerjaan, orang yang kita cintai, bahkan kesempatan yang berlalu.

Aku pernah bermurung durja berbulan-bulan karena kesempatan untuk dapat beasiswa ke luar negeri lenyap. Padahal hanya tinggal selangkah lagi. Sebelumnya kesempatan itu ibarat ikut kuis saja, iseng-iseng berhadiah. Begitu gagal di pos penghujung, barulah sadar itu bukan kuis. Kesempatan emas telah hilang. Meski masih bisa diraih lagi di lain kesempatan, tapi tetap saja ada yang hilang.

Barusan aku saksikan tayangan dokumenter tentang orang-orang yang diuji dengan sakit berkepanjangan. Nikmat sehat dari dirinya dicabut. Menikmati alam yang indah ini sudah tak bisa lagi. Bercengkrama dengan anak dan pasangan tercinta jadi hal mustahil. Semua harta dan jabatan jadi tak ada artinya.

Duh… Bagaimana kalau aku dalam posisi itu?

Mumpung masih sehat, sudah sepantasnya aku ucapkan terima kasih pada Tuhan yang telah memberi nikmat sehat dan hidup ini. Pada orang tua yang telah mengantarkan aku jadi orang yang mandiri. Pada istri yang dengan setianya menjalani hidup. Pada anak yang selalu tersenyum menyambut kedatanganku di rumah. Pada orang-orang disekelilingku yang jasanya sering tak terlihat mata.

Terima kasih. Sebab, tak bisa kudustai semua nikmat dan karunia ini. Sebelum kehilangan itu datang, terima kasih. Semuanya begitu berharga.

Posted with WordPress for BlackBerry.

TINGGALKAN BALASAN