Ada sebuah tayangan kartun di Global TV setiap hari yang selalu diulang-ulang. Satu seri cerita bisa diputar berkali-kali, sampai penggemarnya hafal betul alur dan dialog yang akan muncul.

Tayangan itu adalah Avatar : The Legend of Aang. Meski diproduksi oleh Amerika dan disiarkan lewat jaringan nickelodeon, konsep cerita animasi kartun ini digali dari berbagai budaya asia. Mereka meminjam seni dan mitologi dari benua asia.

Saya termasuk penggemar avatar, meski belum masuk dalam kategori tergila-gila. Konsep ceritanya memang menarik. Ada cerita dan dongeng yang terekspos. Mungkin orang Amerika sudah kehabisan ide cerita dan kering dengan legenda, akhirnya mencungkil legenda asia.

Pada serial itu dikisahkan bahwa peradaban dibentuk oleh empat bangsa. Suku air (Water Tribe), Negara Api (Fire Nation), Kerajaan Bumi (Earth Kingdom) dan Pengembara Udara (Air Nomads). Masing-masing bangsa itu memiliki orang-orang yang disebut Bender (pengendali). Mereka adalah orang-orang yang mampu mengendalikan unsur alam sesuai bangsa mereka. Seni mengendalikan dalam hal ini adalah memadukan unsur beladiri dan sihir alam.

Dalam setiap generasi, ada seorang yang sanggup menguasai keempat elemen itu. Dia adalah avatar. Serial ini bercerita tentang petualangan Aang, seorang anak kecil pengendali udara.

Filosofi kehadiran Avatar adalah untuk menjaga keseimbangan dan perdamaian. Untuk itu dia harus menguasai seluruh elemen itu dan menjadi pengendalinya.

Kalau kita tarik pada kehidupan nyata, memang suatu negara perlu mengendalikan keempat elemen itu. Air, Bumi/Tanah, Api dan Udara. Itu hal yang strategis. Kalau kita tak mampu menguasainya maka runtuhlah keseimbangan seperti yang diceritakan dalam serial Avatar itu.

Kita lirik negeri ini. Bumi kita dikendalikan oleh orang asing. Bahan tambang disetiap sudut bumi indonesia dikelola oleh mayoritas makhluk asing. Mereka mampu mengendalikannya karena mereka punya pengalaman dan teknologi untuk itu. Sedangkan kita hanya jadi penonton di negeri sendiri. Kalaupun ada pengendali tanah pribumi maka mereka adalah kelas teri. Sekali libas langsung tengkurap di bumi sendiri.

Api atau bisa kita selaraskan dengan energi pun sama saja. Eksplorasi dan pengelolaan energi juga dikendalikan oleh bangsa asing. Mereka mampu lagi-lagi karena punya pengalaman dan teknologi.

Udara, seberapa hebat pertahanan udara bisa kita jawab sendiri dalam hati. Teknologi luar angkasa kita pun masih agak tertinggal. Kita hanya mampu merilis satelit palapa yang geostationer itu. Sementara ada beratus satelit lain numpang geostationer diatas bumi Indonesia. Mereka yang mampu mengendalikan luar angkasa berarti mampu mengendalikan dunia. Alat mata-mata, satelit komunikasi, pengintai, bahkan senjata ada disana.

Begitu juga dengan air. Kala musim kemarau, kekeringan. Hujan tiba, kebanjiran. Kita tak mampu mengendalikan aliran air dengan sebaik mungkin. Proyek PLTA pun kebanyakan dipegang asing. Semua perkara mengendalikan air ini agak semerawut.

Itulah sebabnya Indonesia butuh avatar. Orang-orang yang mampu mengendalikan keempat unsur strategis tadi. Kita tak perlu Aang, karena dia hanya ada di negeri fantasi. Yang kita butuhkan generasi Indonesia yang mampu mengendalikan elemen-elemen tadi tapi tetap memiliki keluhuran budi pekerti Aang. Karena kemampuan mengendalikan saja tak cukup. Serial avatar menceritakan juga kezaliman pengendali api. Yaitu mereka yang mampu mengendalikan api tapi tak mampu mengendalikan diri sendiri.

BAGIKAN
Tulisan sebelumnyaMasih ABG
Tulisan berikutnyaLelet

6 KOMENTAR

  1. mnurut km ..
    adakah sesungguhnya para pengendali elemen beratus-ratus tahun yang lalu ..?

  2. Andai aku bisa… Hmm, gimana kalau kita-kita saja yang menjadi Avatar-nya? Soalnya di negeri kita ini lebih banyak “Koruptor” daripada Avatar-nya…

TINGGALKAN BALASAN